Kawah Putih (untuk kesekian kalinya)

Pada 21 mei yang lalu lagi-lagi saya maen ke kawah putih untuk yang kesekian kalinya. Pertama kali ke kawah putih di tahun 2005 bersama teman-teman GO. Kedua kalinya bersama teman-teman ikasmariagitma (ikatan alumni sma negeri tiga malang). Ketiga kalinya bersama 2 orang sepupu saya dari palembang dan 1 orang dari bandung. Perjalanan keempat bersama teman SMA
saya yang jauh-jauh datang dari malang. Dan kali ini teman SMA saya juga yang sedang magang di cikarang dan mau menghabiskan weekend di bandung. Menariknya, semua perjalanan tersebut saya tempuh dengan motor saya sendiri, hoho.

Karena seringnya saya pergi ke kawah putih, saya jadi malas ikut kalau ada acara liburan ke kawah putih yang diadakan unit, ikatan alumni, dsb. Saya lebih semangat naek ke kawah putih kalau ada request dari teman saya yang dari luar kota untuk maen ke kawah putih. Karena mereka jarang bisa ke bandung, dan penasaran melihat kawah putih dengan mata kepala sendiri, maka saya sebagai tuan rumah bertanggung jawab untuk mengantar mereka ke kawah putih (wew, obligation). Perjalanan ke kawah putih kali ini pun karena teman saya penasaran kawah putih itu seperti apa.

Jam 09:30 saya jemput teman saya di terminal leuwipanjang. Sengaja saya suruh teman saya berangkat pagi-pagi dari cikarang agar jalanan bandung belum macet, dan kawah putih belum rame. Memasuki soreang kami istirahat dulu untuk sarapan pagi, lalu melanjutkan perjalanan ke kawah putih. Setelah menempuh perjalanan hampir 2 jam, kami sampai di pintu masuk kawah putih. Membayar tiket masuk sebesar Rp 35.000 untuk 2 orang dan 1 motor. Saya gak tau pastinya berapa tiket masuk per orang, dan per motor. Yang jelas tarif masuk mobil pasti lebih mahal dari motor. Untuk wisatawan yang ingin ke kawah putih, tetapi tidak memiliki kendaraan pribadi, perjalanan dapat dilakukan dari bandung. Di area leuwipanjang menaiki angkot Soreang-Bandung arah soreang (angkot warna hijau). Sampai di terminal Soreang, oper dengan angkot Soreang-Ciwidey arah Ciwidey (angkot warna …). Sampai di terminal Ciwidey dapat menaiki angkot yang berwarna kuning (ga tau nama jurusannya apa), tapi tanyakan dulu apa angkot tersebut sampai ke kawah putih atau tidak. Untuk wisatawan yang tidak membawa kendaraan pribadi (naek angkot, atau bis pariwisata) di pintu masuk kawah putih disediakan mobil khusus untuk perjalanan dari pintu masuk ke area kawah.

Dari pintu masuk kami melanjutkan perjalanan ke area kawah. Jalan yang lebih sempit dibanding jalanan sebelumnya, lebih berkelok-kelok, dan lebih menanjak. Ada kekuatiran motor saya gak kuat di tanjakan curam tersebut, tapi rupanya gigi 1 motor saya masih kuat, hoho. Sampai di atas, motor saya parkir di area parkir motor. Helm saya titipkan karena kuatir hujan turun, nanti helmnya basah. Tarif parkir motor dan titip helm sebesar Rp 5000.

Ada yang berbeda dari kawah putih saat ini dibanding terakhir kali saya ke kawah putih Juni 1 tahun yang lalu. Kali ini ada semacam halte bis, untuk wisatawan menunggu kendaraan khusus dari kawah putih menjemput mereka pulang. Tidak adanya warung-warung di area ini. Menurut bapak petugas memang sekarang tidak boleh berjualan lagi di area kawah ini. Semua pedagang ditempatkan di pintu masuk kawah putih. Kebijakan yang bagus, jadi bisa mengurangi sampah makanan yang berserakan di area kawah putih ini. Hal yang membedakan kawah putih dengan wisata kawah lainnya adalah di kawah putih ini kita bisa turun dekat ke air kawah. Tapi tidak dianjurkan untuk menyentuh air kawahnya. Walaupun tidak terlalu panas dan kadar beleran tidak terlalu tinggi, tetap saja kandungan belerang dapat menyebabkan kulit gatal-gatal.

Nama kawah putih diambil mungkin karena warna pasir-pasir di area kawah yang berwarna putih. Air kawahnya sendiri berwarna hijau seperti air danau. Pasang-surutnya air kawah menyebabkan area pasir yang dapat dilalui menjadi berubah-ubah. Ketika pasang, sebagian jalur jadi terendam air kawah. Tapi ketika surut jalur pasir jadi semakin banyak. Kali ini rupanya air kawah sedang pasang, jadi hanya bisa berjalan di pinggir-pinggir kawah saja. Suhu udara tidak terlalu dingin dibandingkan perjalanan saya ke kawah putih lainnya. Mungkin karena saya sampai di kawah putih siang bolong (hampir jam 12 siang) atau karena cuaca yang cerah, tidak sempat hujan. Asap kawah lebih tebal dari biasanya, ini pertama kalinya saya ke kawah putih dan asapnya setebal kabut di malam hari.
Hal yang wajib dilakukan jika pergi ke kawah putih tentunya berfoto ria. Sayang kalau keindahan alam ini hanya dinikmati mata kepala saja. harus diabadikan dalam bentuk foto. Lalu foto tersebut bisa dipamerkan ke teman yang belum pernah ke kawah putih, haha. Selain puas membuat mereka iri, tentunya ini termasuk ajang promosi. Jadi ingat, kawah putih ini menjadi terkenal sejak masuk di film “My Heart”.

Setelah saya dan teman saya puas mengambil foto, kami memutuskan untuk turun dari area kawah putih ini dan kembali ke bandung. Perjalan turun ini lebih cepat karena jalanan tidak lagi menanjak, bahkan untuk menghemat bensin motor pun tidak perlu di gas, cukup masuk ke gigi 3 atau 4, lalu memainkan rem. Dua jam lebih kira-kira perjalanan dari kawah putih ke bandung kota.

Hasil jeprat-jepret saya:

 

4 comments on “Kawah Putih (untuk kesekian kalinya)

  1. otidh says:

    Dari leuwipanjang ada bus atau mobil L300 yang langsung ke Ciwidey kok, nggak perlu naik angkot ke Soreang dulu. 😀

  2. Securam apa sih tanjakannya, klo pake motor matic kuat gak yah?

Leave a reply to otidh Cancel reply